Sejarah membuktikan bahwa negara yang bermazhab perdaganganlah yang
mampu memimpin dunia. Belanda dengan VOC nya, lalu Inggris dengan EIC
nya. Hubungan solid antara negara dan perusahaan dagang menjadi acuan
strategis.
Mirip seperti hari ini, Amerika
dengan berbagai perusahaan swasta nya, ketika menduduki Iraq dan
Afghanistan, semuanya turun mengolah minyak, perusahaan nya ya itu-itu
lagi. Begitulah dunia ini bekerja, semua tentang mempertahankan kekuatan
ekonomi.
Lalu bagaimana Indonesia? Ya harusnya
kita juga berfikir yang sama. Bagaimana menguatkan ekonomi negeri. Dan
ketika kita bicara tentang ekonomi negeri, kita gak bisa mengelak bicara
tentang BESARAN ekonomi.
Gak bosan-bosan Saya
sampaikan, bahwa kita sebagai BANGSA harus punya GRAND STRATEGY yang di
yakini oleh setiap anak negeri. Kita harus punya Grand Desain gerak
bangsa yang terukur dan terarah, bagaimana membesarkan ekonomi negeri
dalam waktu yang cepat dan jumlah pertambahan yang besar.
Ini
tentang berapa mahal bisa kita jual, ini tentanh berapa profit yang
bisa kita cetak, dan secara substansial : pada akhirnya ini tentang
berapa besar nilai tambah yang dapat kita implan kedalam suatu produk.
Pada akhirnya kita hanya menemukan satu jawaban : BANGKITKAN INDUSTRI PENGOLAHAN. Perkuat manufaktur.
Jika kita hanya
menambang timbal, kita hanya menjual logam timbal pada harga pasar
dunia. Karena bahan baku akan masuk pada harga dunia yang terpatok.
Berbeda jika diolah dulu jadi baterai, barulah nilainya berbeda. Lebih
mahal tentunya.
Begitu juga emas. Per troy
onces nya sudah dipatok sekitaran 1.200$ per troy onces. Kecuali jika
kita bertekad mengolah emas menjadi chip. Barulah harganya naik.
Jadi
kuncinya memang disini : kembali dengungkan semangat mengolah bahan
baku. Beri nilai tambah pada apa yang kita miliki, sehingga nilai
jualnya makin tinggi. Hanya dengan begitu, aliran uang akan masuk
membesar, ini tentang dagang. Mari jadi negara entrepreneur.
Setidaknya Saya merumuskan 5 langkah shifting menuju negeri manufaktur.
1. Mendidik Pengusaha yang Siap Ruwet
Bisnis
proses manufaktur ini ribet. Padat modal dan padat teknologi. Berbeda
dengan bisnis bahan baku hasil alam, relatif sederhana dan tinggal jual.
Tidak ada proses njlimet pada rangkaian bisnis prosesnya.
Selama
pengusaha nasional maunya simple. Selama pengusaha nasional tidak
memiliki ideologi pro manufaktur, kita tidak akan beranjak dari posisi
negeri penyuplai bahan baku. Padahal hari ini SDM negeri ini sudah siap
mengolah, teknologi tersedia, tinggal kemauan para pengusaha.
Disinilah pentingnya membangun para pengusaha yang memiliki mental siap ribet, siap melewati kerumitan, dan senang tantangan.
2. Menjembatani para researcher dan entrepreneur
Hal tragis yang terjadi di negeri ini adalah terpisahnya para researcher dengan para entrepreneur.
Orang-orang
pintar dengan keilmuwan yang rumit dan kompleks, berada pada lembah
tersendiri. Sementara para pedagang yang handal berjualan dan memahami
pasar, berada pada lembah yang berbeda.
Kedua
spesies ini haruslah kembali disatukan. Para ilmuwan dan peneliti yang
kerap menemukan penemuan terbaru, harusnya TERKOMUNIKASI kan dengan baik
ke para ENTREPRENEUR. Para pengusaha juga harus menyadari keterbatasan
keilmuwan dan terus mendorong organisasi bisnisnya untuk menemukan
inovasi guna memperkuat positioning produk.
Hari
ini, kita merasakan sekali stuck nya inovasi para pengusaha nasional.
Sederhana penyebabnya : belanja risetnya minim. Tim RnD nya lemah. Di
sisi lain, kita juga menemukan rendahnya kualitas hidup para peneliti
nasional. Hidup dari proyek riset basa basi satu ke basa basi yang
lainnya, tidak bisa dibawa ke industri, hanya rekreasi ilmiah semata.
Sedih.
Kesemua ini terjadi karena jurang besar
yang menganga diantara para orang pintar dan pedagang. Jurang ini harus
dijembatani. Semoga segera bisa menyatu.
3. Membangun sistem permodalan pro manufaktur
Jika
kompetensinya ada, pengusaha nya ada, teknologi nya siap, maka
berikutnya adalah darimana modalnya? Disinilah kesadaran yang harus kita
bangun, bahwa ASING tak akan mungkin dengan begitu mudahnya mengijinkam
negeri kita menjadi pesaing dalam manufaktur, dan mari kita lihat siapa
yang menguasai permodalan hari ini : ASING.
Konon
perbankan kita tidak begitu ramah pada manufaktur. Sederhana saja :
proyek pabrik yang akan dibangun tidak dapat dengan mudahnya dijadikan
agunan. Jika ingin membangun pabrik dengan taksiran asset di 40M, kita
harus meng agunkan setidaknya asset 70M. Disini sumbatannya.
Di
negara tetangga, kawasan asia pasifik terutama, seorang pengusaha bisa
meng agunkan proyek pabriknya. Perencanaan pembangunan pabrik
dilayangkan, kredit disetujui, pabrik dibangun, manufaktur berjalan dan
modal kembali dicicil lewat hasil bisnis.
Pada
titik ini... ekonomi bergerak, uang nasabah berputar kencang, pabrik
berdiri, penyerapan tenaga kerja terjadi, nilai tambah terimplan,
ekonomi naik. Sudah dapat dipastikan.
Maka
modal ini menjadi salah satu isu uang harus kita perhatikan. Itu
perbankan mengumpulkan uang anak negeri kok, kemana kemudian uang
tersebut disalurkan? Jika konsep perbankan ini rumit, alangkah baiknya
kita berfikir alternatif pendanaan yang lebih agresif. Syirkah misalnya.
Jika memang bangun pabriknya 40M, kan bisa 100 juta x 400 orang,
tinggal bagaimana OJK mengaturnya. Saya rasa jika pemimpin negeri faham
berdagang, pasti pendaan langsung begini didukung serius.
4. Mendorong eksositem regulasi pendukung
Setelah
pengusaha, reasercher dan modal bersatu, tantangan berikutnya adalah
REGULASI. Ijin anu, ijin itu, surat anu, surat itu. Kepastian hukum dan
regulasi ini menjadi salah satu perangsang lahirnya negeri manufaktur
yang sehat.
5. Menjadikan Manufaktur sebagai NARASI UTAMA anak negeri.
Konon,
yang membuat Indonesia menjadi lamban bertumbuh karena kurangnya
kekompakan diantara kita. Sebagai anak bangsa kita kurang kompak.
Sebenarnya
kompak itu mudah, asal ada narasi yang disepakati bersama. Asal ada
arah yang di amini sebagian besar anak bangsa. Sekarang bagaimana mau
kompak jika pilihan narasinya tidak ada.
180
juta angkatan kerja produktif negeri ini haruslah memiliki arah fikiran
yang sama. Bahwa hanya dengan mengolah hasil alam lah, negeri ini akan
sejahtera. Kerja ALIGNMENT seluruh anak bangsa ini adalah kerja keras
yang harus terus dilakukan. Entah sampai kapan.
#2019 TAHUN DIGITAL
Disadari atau tidak perkembangan internet marketing tak terbendung lagi.
Bisnis online, bisnis digital, internet marketing semakin hari semakin berkembang dahsyat.
Anda tentu tak ingin ketinggalan utk masuk ke dunia online, marketing online, bisnis online, bisnis digital bukan ???
*Akademi
Bisnis Digital (ABDi)* merupakan Bisnis Online paling fenomenal yg di
awal tahun 2019, sudah masuk ke seluruh kota di Indonesia, berkembang
dengan cepat dan akan terjadi *ledakan dahsyat seperti ledakan bom
nuklir*.
Yuk gabung, jangan sampai ketinggalan.
Tonton dulu free videonya n dapatkan Video Tutorial Gratisnya . . .