Senin, 04 Maret 2019

SHIFTING KE MANUFAKTUR

Sejarah membuktikan bahwa negara yang bermazhab perdaganganlah yang mampu memimpin dunia. Belanda dengan VOC nya, lalu Inggris dengan EIC nya. Hubungan solid antara negara dan perusahaan dagang menjadi acuan strategis.

Mirip seperti hari ini, Amerika dengan berbagai perusahaan swasta nya, ketika menduduki Iraq dan Afghanistan, semuanya turun mengolah minyak, perusahaan nya ya itu-itu lagi. Begitulah dunia ini bekerja, semua tentang mempertahankan kekuatan ekonomi.

Lalu bagaimana Indonesia? Ya harusnya kita juga berfikir yang sama. Bagaimana menguatkan ekonomi negeri. Dan ketika kita bicara tentang ekonomi negeri, kita gak bisa mengelak bicara tentang BESARAN ekonomi.


Gak bosan-bosan Saya sampaikan, bahwa kita sebagai BANGSA harus punya GRAND STRATEGY yang di yakini oleh setiap anak negeri. Kita harus punya Grand Desain gerak bangsa yang terukur dan terarah, bagaimana membesarkan ekonomi negeri dalam waktu yang cepat dan jumlah pertambahan yang besar.

Ini tentang berapa mahal bisa kita jual, ini tentanh berapa profit yang bisa kita cetak, dan secara substansial : pada akhirnya ini tentang berapa besar nilai tambah yang dapat kita implan kedalam suatu produk. Pada akhirnya kita hanya menemukan satu jawaban : BANGKITKAN INDUSTRI PENGOLAHAN. Perkuat manufaktur.

Jika kita hanya menambang timbal, kita hanya menjual logam timbal pada harga pasar dunia. Karena bahan baku akan masuk pada harga dunia yang terpatok. Berbeda jika diolah dulu jadi baterai, barulah nilainya berbeda. Lebih mahal tentunya.

Begitu juga emas. Per troy onces nya sudah dipatok sekitaran 1.200$ per troy onces. Kecuali jika kita bertekad mengolah emas menjadi chip. Barulah harganya naik.

Jadi kuncinya memang disini : kembali dengungkan semangat mengolah bahan baku. Beri nilai tambah pada apa yang kita miliki, sehingga nilai jualnya makin tinggi. Hanya dengan begitu, aliran uang akan masuk membesar, ini tentang dagang. Mari jadi negara entrepreneur.


Setidaknya Saya merumuskan 5 langkah shifting menuju negeri manufaktur.

1. Mendidik Pengusaha yang Siap Ruwet

Bisnis proses manufaktur ini ribet. Padat modal dan padat teknologi. Berbeda dengan bisnis bahan baku hasil alam, relatif sederhana dan tinggal jual. Tidak ada proses njlimet pada rangkaian bisnis prosesnya.

Selama pengusaha nasional maunya simple. Selama pengusaha nasional tidak memiliki ideologi pro manufaktur, kita tidak akan beranjak dari posisi negeri penyuplai bahan baku. Padahal hari ini SDM negeri ini sudah siap mengolah, teknologi tersedia, tinggal kemauan para pengusaha.

Disinilah pentingnya membangun para pengusaha yang memiliki mental siap ribet, siap melewati kerumitan, dan senang tantangan.

2. Menjembatani para researcher dan entrepreneur

Hal tragis yang terjadi di negeri ini adalah terpisahnya para researcher dengan para entrepreneur.

Orang-orang pintar dengan keilmuwan yang rumit dan kompleks, berada pada lembah tersendiri. Sementara para pedagang yang handal berjualan dan memahami pasar, berada pada lembah yang berbeda.

Kedua spesies ini haruslah kembali disatukan. Para ilmuwan dan peneliti yang kerap menemukan penemuan terbaru, harusnya TERKOMUNIKASI kan dengan baik ke para ENTREPRENEUR. Para pengusaha juga harus menyadari keterbatasan keilmuwan dan terus mendorong organisasi bisnisnya untuk menemukan inovasi guna memperkuat positioning produk.

Hari ini, kita merasakan sekali stuck nya inovasi para pengusaha nasional. Sederhana penyebabnya : belanja risetnya minim. Tim RnD nya lemah. Di sisi lain, kita juga menemukan rendahnya kualitas hidup para peneliti nasional. Hidup dari proyek riset basa basi satu ke basa basi yang lainnya, tidak bisa dibawa ke industri, hanya rekreasi ilmiah semata. Sedih.

Kesemua ini terjadi karena jurang besar yang menganga diantara para orang pintar dan pedagang. Jurang ini harus dijembatani. Semoga segera bisa menyatu.
 
 
 

3. Membangun sistem permodalan pro manufaktur

Jika kompetensinya ada, pengusaha nya ada, teknologi nya siap, maka berikutnya adalah darimana modalnya? Disinilah kesadaran yang harus kita bangun, bahwa ASING tak akan mungkin dengan begitu mudahnya mengijinkam negeri kita menjadi pesaing dalam manufaktur, dan mari kita lihat siapa yang menguasai permodalan hari ini : ASING.

Konon perbankan kita tidak begitu ramah pada manufaktur. Sederhana saja : proyek pabrik yang akan dibangun tidak dapat dengan mudahnya dijadikan agunan. Jika ingin membangun pabrik dengan taksiran asset di 40M, kita harus meng agunkan setidaknya asset 70M. Disini sumbatannya.

Di negara tetangga, kawasan asia pasifik terutama, seorang pengusaha bisa meng agunkan proyek pabriknya. Perencanaan pembangunan pabrik dilayangkan, kredit disetujui, pabrik dibangun, manufaktur berjalan dan modal kembali dicicil lewat hasil bisnis.

Pada titik ini... ekonomi bergerak, uang nasabah berputar kencang, pabrik berdiri, penyerapan tenaga kerja terjadi, nilai tambah terimplan, ekonomi naik. Sudah dapat dipastikan.

Maka modal ini menjadi salah satu isu uang harus kita perhatikan. Itu perbankan mengumpulkan uang anak negeri kok, kemana kemudian uang tersebut disalurkan? Jika konsep perbankan ini rumit, alangkah baiknya kita berfikir alternatif pendanaan yang lebih agresif. Syirkah misalnya. Jika memang bangun pabriknya 40M, kan bisa 100 juta x 400 orang, tinggal bagaimana OJK mengaturnya. Saya rasa jika pemimpin negeri faham berdagang, pasti pendaan langsung begini didukung serius.

4. Mendorong eksositem regulasi pendukung

Setelah pengusaha, reasercher dan modal bersatu, tantangan berikutnya adalah REGULASI. Ijin anu, ijin itu, surat anu, surat itu. Kepastian hukum dan regulasi ini menjadi salah satu perangsang lahirnya negeri manufaktur yang sehat.

5. Menjadikan Manufaktur sebagai NARASI UTAMA anak negeri.

Konon, yang membuat Indonesia menjadi lamban bertumbuh karena kurangnya kekompakan diantara kita. Sebagai anak bangsa kita kurang kompak.

Sebenarnya kompak itu mudah, asal ada narasi yang disepakati bersama. Asal ada arah yang di amini sebagian besar anak bangsa. Sekarang bagaimana mau kompak jika pilihan narasinya tidak ada.

180 juta angkatan kerja produktif negeri ini haruslah memiliki arah fikiran yang sama. Bahwa hanya dengan mengolah hasil alam lah, negeri ini akan sejahtera. Kerja ALIGNMENT seluruh anak bangsa ini adalah kerja keras yang harus terus dilakukan. Entah sampai kapan.
 
 
 
akademibisnisdigital.jpg

#2019 TAHUN DIGITAL

informasi, peluang Bisnis & Belajar Bisnis Online . . . .  

Disadari atau tidak perkembangan internet marketing tak terbendung lagi.

Bisnis online, bisnis digital, internet marketing semakin hari semakin berkembang dahsyat.

Anda tentu tak ingin ketinggalan utk masuk ke dunia online, marketing online, bisnis online, bisnis digital bukan ???

*Akademi Bisnis Digital (ABDi)* merupakan Bisnis Online paling fenomenal yg di awal tahun 2019, sudah masuk ke seluruh kota di Indonesia,  berkembang dengan cepat dan akan terjadi *ledakan dahsyat seperti ledakan bom nuklir*.

Yuk gabung, jangan sampai ketinggalan.
Tonton dulu free videonya n dapatkan Video Tutorial Gratisnya . . .
 
 
Ayo bergabung bersama saya menjalankan bisnis Anti Gagal menuju kesejahteraan dan membentuk mental pebisnis, Info pendaftaran klik link disini..
 
www.akademibisnisdigital.com/#/starter/?ref=natabd9e&funnel=Starter1